Saturday, January 5, 2019

Pelaras Pikiran (Thought Adjuster)

Pelaras adalah roh pecahan (fragmen) dari Bapa Semesta yang dikaruniakan untuk mendiami manusia secara pribadi. Ada yang menyebutnya Percikan Ilahi, Roh Penuntun, dan sebagainya. Asal Pelaras adalah Divinington, dunia Bapa yang pertama. Roh ini adalah roh yang paling murni dan tinggi dari semua roh, sebab diciptakan dari pecahan atau potongan roh-Nya Bapa sendiri. Tapi roh ini mulai dari tanpa pengalaman. Mereka itu pra pribadi, belum punya kepribadian, jadi seragam atau sama sifatnya. Setelah mendapat pengalaman dan melebur dengan kepribadian manusia, barulah mereka mendapat kepribadian dengan semua kemampuan dan ciri khas kepribadian.


Pelaras memperoleh pengalaman dengan cara mendiami manusia berkali-kali. Pelaras yang perawan tanpa pengalaman mendapatnya dari mendiami manusia yang masih primitif, yang belum punya kemampuan untuk melebur dengan Pelaras itu. Setelah berkali-kali barulah mungkin ia berpengalaman mendiami manusia yang akhirnya bisa melebur dan menyatu dengan dirinya.   

Memang Pelaras mendiami manusia dengan tujuan supaya suatu kali Pelaras itu akan menyatu, manunggal, melebur (berfusi) dengan jiwa manusia yang ia tempati. Manunggaling kawula Gusti, prinsip Jawa kuno itu bukan sekedar slogan melainkan kenyataan yang dicapai manusia yang menyatu dengan keilahian.

Dari mana asal jiwa manusia? Pelaras adalah bapak yang melahirkan jiwa manusia. Ibunya adalah otak dan pikiran jasmani. Jiwa (soul) itulah yang keluar dari badan manusia waktu meninggal. Jiwa itu tidak berwujud materi, dan belum roh, tetapi berwujud setengah roh, wujud morontia. Maka kata Yesus, "lahir dari Roh" itu adalah bukan kiasan, tapi suatu proses nyata lahirnya jiwa manusia yang berwujud morontia itu dalam badan jasmani manusia.

Pelaras itu juga yang menyusun jiwa morontia itu. Disusun, dibentuk dan dikembangkan dengan nilai-nilai kerohanian, pengalaman, memori, moralitas, dan sebagainya, sehingga jiwa kita dari lahir sampai mati terus menerus berkembang dan bertumbuh. Diceritakan bahwa banyak kali Pelaras berusaha membangun jiwa manusia itu, meregistrasikan memori dan nilai-nilai baru ketika manusianya sedang tidur. Mimpi yang tidak masuk akal itu katanya karena upaya Pelaras tidak selalu berhasil. Apapun cara pekerjaan Pelaras, kita tidak tahu, tapi pastinya ia membangun jiwa kita seumur hidup kita.  

Pelaras berfungsi sebagai bapa. Dia wakil Bapa Semesta, dia membimbing manusia. Caranya adalah melalui batin, yang merupakan arena pilihan, medan pertempuran antara pilihan baik dan jahat. Manusia memiliki kepribadian, sehingga memiliki hak istimewa kehendak atau kemauan. Bisa bebas memilih kemana mau pergi. Pelaras tidak pernah mendikte manusia yang ia diami. Pelaras selalu menyesuaikan yang terbaik pada keputusan manusia.

Dia itu pra pribadi. Manusia itu pribadi. Yang berpribadi punya kehendak bebas dan menetapkan tujuan.

Pelaras adalah pilot, pengemudi yang pandai membawa ke tujuan pulau Firdaus. Jiwa manusia adalah kapten yang menentukan arah kemana kapal pergi. Kapalnya adalah batin pikiran manusia itu.
Sebab itulah kita harus berusaha untuk tunduk atau berserah pada pertimbangan dan petunjuk Yang Di Dalam itu. Kalau ada keputusan apapun sebelum kita putuskan, tanyakan dan konsultasikan dengan Roh yang di dalam itu. Dengan perasaan yang tenang dan jujur kita bisa merasakan apa pendapatnya. Pelaras bisa menyatakan pendapatnya, tetapi kita perlu banyak berlatih untuk berbicara dengan dia.
Cara paling mudah adalah pejamkan mata, hening dan tenangkan pikiran dan mulai konsentrasi ke dalam batin. Berkomunikasi dengan dia secara batin dalam keheningan. Lakukan dengan teratur pada waktu-waktu tertentu. Jika berdoa, setelah kita ucapkan permohonan kita, berhenti sejenak, tunggu dan rasakan apa yang dia sampaikan dari dalam. Ada kesan atau rasa tertentu jika Dia bicara dari dalam.

Tidak mudah untuk mengheningkan cipta seperti itu. Pikiran kita sering dipenuhi macam-macam hal duniawi, belum lagi racun-racun jiwa misalnya kebencian, prasangka, kebimbangan, dan yang paling sering adalah kekuatiran. Semua itu menghalangi pekerjaan Pelaras. Kita harus berlatih. Tidak bisa seketika tetapi bertahap kita dapat meraih keheningan batin untuk bisa mendengar ke dalam.  

Pelaras bekerja dengan cara menyetel atau melaraskan pikiran kita. Sebab itu kita diminta untuk menggunakan banyak pikiran dalam hidup ini untuk memecahkan banyak masalah dan menentukan tujuan. Jika sedang merencanakan, gunakan banyak waktu untuk berpikir, merenungkan dan mempertimbangkan segala sesuatunya.  Kadang Pelaras bisa menguasai arus pemikiran kita dan membawa ke permikiran-pemikiran baru yang Ia kehendaki.

Apapun, kita tidak sendirian di dunia ini. Dalam diri kita ada Roh dari Tuhan. Kiblat kita haruslah ke dalam, kepada Roh itu. Dia bekerja tidak kelihatan, seperti angin, tetapi ada hasilnya. 

Kerohanian manusia itu tidak sama. Manusia mencapai lingkaran-lingkaran kerohanian secara bertahap, dari lingkaran 7 hingga yang pertama. Pada lingkaran ke tujuh manusia baru berkenalan dengan kerohanian dan dimasukkan kelompok banyak orang yang dijaga sepasang malaikat. Makin tinggi lingkarannya makin sedikit jumlah orang per kelompoknya. Pada waktu mencapai lingkaran ke tiga, ada sepasang malaikat serafim yang bersama kita pribadi secara khusus seterusnya. Waktu lingkaran kedua, kita sering akan mendengar suara Pelaras secara langsung. Pada lingkaran pertama, manusia itu sudah sering berkomunikasi langsung dengan Pelaras.

Melalui pengalaman mendiami manusia itu, Pelaras akan memperoleh kepribadian, sebaliknya manusia akan memperoleh identitas alam semesta, atau kehidupan.

Kehidupan itu karena ada roh yang menghidupkan. Tumbuhan dan hewan itu hidup karena ada roh kehidupan, yaitu disebut Roh Ajudan dari Ibu Alam Semesta, yang menghidupkan sel-sel mati menjadi hidup. Ketika roh itu berhenti bekerja di sel-sel itu, hubungan diputus, makhluk itu mati.
Lalu bagaimana jiwa manusia itu hidup sedangkan badan yang membawanya sudah mati?  Itulah peran Pelaras. Pelaras itulah yang menghidupkan rumus mati yang disebut jiwa yang dikeluarkan dari badan yang sudah mati itu. Di alam morontia, di dunia kebangkitan di Yerusem, jiwa itu dirakit lagi, diberi badan morontia yang baru, dan ketika ditempati lagi oleh Pelaras, maka manusia itu hidup lagi dalam badan yang baru.

Namun demikian ada manusia yang berhasil mencapai peleburan dengan Pelaras ketika masih di dunia. Contohnya Nabi Elia yang naik dalam kereta berapi, yaitu melebur dan badannya terbakar oleh ledakan api roh, dan jiwanya langsung naik ke surga. Ada cerita kuno tentang moksha atau muksa, hidup-hidup naik ke surga.  Cerita itu bukan fiksi.

Semua itu dicapai secara bertahap, dan kita bisa memulainya sekarang dengan membiasakan diri untuk bertanya dan berkomunikasi ke dalam. Keputusan apapun, tanyakan ke dalam. Kenyataan hidup apapun, mohon petunjuk dan bantuan dari Pelaras. Hanya dengan cara ini, kita menjadi makin rohani. Siapa makin dekat ilahi dia makin nyata.



Asal usul, tujuan dan bekerjanya Pelaras diceritakan bersambung dari Paper 107 sampai 112.

No comments:

Post a Comment